Monday, June 4, 2018

Bangkitnya Agama Leluhur Kemajuan atau Kemunduran?


=====================================
Heboh dengan bangkitnya agama leluhur di Indonesia dan bahkan MK memutuskan bahwa kolom agama boleh di isi dengan aliran kepercayaan.
Tentu saja banyak sekali penganut "islam abangan" yang gembira. 
Orang-orang abangan ini sebenarnya tidak sungguh hati memeluk islam, bukan karena tidak percaya, melainkan karena sebenarnya mereka lebih percaya kepada agama nenek moyang mereka. 
Nenek moyang mereka telah memiliki kepercayaan yang lain, sebelum ada pemaksaan  untuk beragama  salah satu dari lima agama resmi) oleh pemerintah orde baru bahkan jauh sebelum islam masuk nusantara.

Namun MUI mencela keputusan MK ini dan menganggap bahwa ini adalah kemunduran negara indonesia ke jaman batu.


Suatu statement yang cukup memprihatinkan dari pemuka agama yang tidak paham sejarah. 
Apabila kita tengok ke jaman sejarah Nusantara, Tanah Air kita tidak pernah jatuh ke tangan bangsa asing sebelum berdirinya Kerajaan Khilafah di Nusantara (dari Samudera Pasai, Aceh, Kesultanan Demak sampai Ternate).  Jaman Sriwijaya dan Majapahit yang disebut jaman batu oleh MUI, justru Nusantara mengalami masa kejayaan yang bahkan sampai hari ini belum bisa dicapai oleh President Indonesia siapapun dalam sejarah Indonesia pasca kemerdekaan. 

Justru setelah kesultanan Khilafah ini berdiri, satu persatu tanah air kita #DIJUAL kepada asing demi keserakahan penguasa dan mempertahankan kekhalifahan mereka.  Para sultan ini menjual saudara sebangsa nya kepada Belanda dan Portugis di kelanggengan kekuasaan mereka. akibatnya Asing sedikit demi sedikit menguasai Tanah Air, karena barter politik, dan ongkos perang yang tidak sedikit.

Perlu diketahui bahwa pada awalnya Portugis dan Belanda datang ke Nusantara adalah untuk berdagang rempah-rempah, bukan berperang apalagi menjajah. Mereka harus menyewa tanah kepada penguasa setempat untuk membangun gudang perbekalan mereka.  Namun suatu ketika pecahlah pemberontakan terhadap Sultan karena memang Sultan juga mendirikan kerajaannya dengan memberontak dari penguasa terdahulu yang bukan beragama Islam, dan mereka menyebarkan agama islam dengan kekuasaan yang mereka miliki.
Maka demi memenangkan perang melawan pemberontak Sultan Islam ini bekerja sama dengan Belanda dan Portugis, baik dengan barter persenjataan maupun tentara. Tentara??? Ya sebab kulit mereka berbeda dengan kulit Pribumi Nusantara, sehingga lebih mudah membedakan mana lawan dan mana kawan. Alias: sultan membantai pribumi dengan bantuan bule.

Perang Ternate : Sultan Ternate menyerahkan Sultan Tidore kepada Portugis.
Pemberontakan Trunojoyo: Sultan Mataram menjual Jayakarta dan Pantura Jawa kepada Belanda.
Perang Diponegoro : Sultan Mataram menyerahkan Diponogoro kepada Belanda, dan keturunan diponegoro dianggap pemberontak.
Kesultanan Aceh bekerjasama dengan Belanda untuk memperkuat posisinya pada masa Sultan Alaidin Righayat Syah Sayed Al-Mukammil (kakek Sultan Iskandar Muda).

Mungkinkah dengan kebangkitan agama leluhur ini sesuai ramalan jayabaya bahwa akan membangkitkan kejayaan Nusantara di masa lalu??? Kepercayaan Leluhur untuk menjaga keselarasan dengan alam, menjaga toleransi dengan sesama, mawas diri, rendah hati, ramah dan pitutur luhur lain yang sudah lama hilang dari wajah Nusantara? Kosakata ini sudah lama hilang dari Indonesia yang terus menerus mengalami konflik etnis dan agama yang mengerikan...

Yang jelas kita perlu mengembalikan wajah Nusantara yang ramah, penuh senyum, toleransi rakyat dan mawas diri, tepaselira serta segala kebajikan lain yang telah lama ditinggalkan oleh karena keinginan sekelompok orang yang ingin mendirikan Khilafah di Indonesia dan sekelompok penguasa serakah lainnya..

sumber:
 #Sejarah_Khilafah_Nusantara by Jozeph Paul Zhang

1 comment:

  1. Artikel yg ngaco dari penulis yg tdk faham sejarah

    ReplyDelete