Sunday, September 9, 2018

Paradoks Islam : ATM berasa Tempe



PARADOKS ISLAM: ATM BERASA TEMPE
=================================
Statement Santri Ulama Sandi Uno tentang Tempe setebal Atm mengundang banyak kritik netizen. Meme bernada nyinyir pun bertebaran di medsos, memaki dan menghujat cawapres yang diangkat jadi Santri dan Ulama oleh Partai Islam pengusungnya.

Sebetulnya tidak usah heran dengan statment Sandi, sebab dia tidak salah. Kebiasaannya main di Gang Sadar Baturaden membuatnya akrab dengan 'Tempe' lokal yang tipis yang konon gurih dan legit sampai Tempe Purwokerto yang renyah dan gurih: Kripik Tempe. Kripik Tempe memang harus dibuat nyaris setipis ATM.

Di dalam Islam banyak sekali paradoks yang mengecoh umatnya. Misalnya saat Isra Miraj Muhammad pergi ke Bulan dan Langit ke tujuh. Sangat tidak mungkin bagi teknologi saat itu seorang manusia pergi ke Bulan.
Isra Miraj menggunakan bahasa-bahasa transendental dan makhluk celestial seperti Bouraq (bagal dengan kepala wanita cantik yang langkahnya sejauh mata memandang), dan Sidratul Muntaha (langit ke tujuh).

Kalau saya cermati dengan logika kal sehat berdasarkan fakta Hadits yang ada bahwa ia saat itu sedang berada di rumah istri almarhum sahabatnya, sebenarnya perjalan Isra Miraj adalah pengalaman seksual Muhammad.

Jadi suatu pagi sahabatnya memergokinya keluar dari rumah istri almarhum sahabatnya. Lalu menanyakan keberadaannya semalam. Maka Muhammad mengisahkan sebuah perjalanan Isra Miraj. 
Paradoks Isra Miraj yang melampaui logika akal sehat ternyata sebuah ungkapan euforia perasaan exaltasi bersama seorang janda. 
"Tadi malam saya menunggangi kuda betina yang cantik. Setiap langkahnya adalah sejauh mata memandang (saya sedang beritahu kamu bahwa ini adalah Fatamorgana). Saya menungganginya terbang sampai ke langit ke tujuh (saya mendapat klimaks)."

Iblis di dalam Alkitab banyak sekali memanfaatkan Paradoks. Di mulai dari Hawa yang diperdaya Iblis, bila ia memakan buah pengetahuan baik dan jahat maka ia akan menjadi seperti Allah.
Iblis tidaklah berdusta, sebab memang hanya Allah yang berhak atas pengetahuan baik dan jahat. Ia adalah Hakim yang memutuskan Baik dan Jahat. Maka Hawa mengambil buah tersebut dan memakannya memberikannya pula kepada suaminya. Maka didapatilah mereka telanjang. Mereka menemukan baik dan jahat, dan mereka tidak bisa menanggungnya. Pengetahuannya mereka dapatkan, namun kapasitasnya sebagai manusia tidak mampu menanggung pengetahuan tersebut dan membuat mereka mati binasa. Sebab sebelumnya manusia hanya tahu yang baik saja.

Ketika Alquran mengklaim bahwa Adam sampai dengan Yesus beragama Islam. Ini cukup mengejutkan sebab agama Islam baru ada 600 tahun setelah jaman Yesus di bumi. Namun akhirnya umatnya berkelit bahwa yang dimaksud Islam adalah Damai. Mereka adalah pembawa damai, mereka adalah Seorang Muslim, yakni orang-orang yang menyerahkan hidupnya kepada Allah. Jadi bahasa yang Paradoksal dipakai untuk mengklaim. 

Bahkan lebih parahnya muhammad kemudian mengklaim bahwa namanya ada di dalam Alkitab. Kata Machmadim dalam Kidung Agung 5:16 yang artinya 'Hasrat' atau 'Diinginkan' diklaim sebagai nama Muhammad (menurut mereka artinya 'dicintai'). Jadi penggunaan standar Janda dalam Islam menjadi Paradoks yang membingungkan. Mereka menggunakan Frasa Islam secara predikatif kepada Para Nabi Israel dan mengklaimnya Islam atau Muslim, sementara kata 'Islam dan Muslim' nya bukan sebuah propername. Sedangkan di sisi lain ketika bertemu kata 'machmadim' dalam alkitab yang jelas sebuah adjective mereka klaim bahwa itu adalah sebuah propername.

Namun Muhammad pastinya bukan seorang Kristen. Karena Muhammad tidak pernah dibaptis di dalam nama Yesus Kristus. Muhammad juga bukan seorang Yudaisme atau Yahudi  atau pelaku Taurat karena ia tidak pernah disunat.

Jadi para pembaca hendaknya berhati-hati dengan paradoks dalam Islam, karena mereka (baik santri, ulama maupun umatnya) sama seperti nabinya selalu menggunakan paradoks standar Janda: suka menggunakan lidah untuk memuaskan hawa nafsunya.



Saturday, September 8, 2018

LOKASI SINAI DI ARAB, BUKAN DI MESIR



LOKASI GUNUNG SINAI SESUNGGUHNYA DI JASIRAH ARAB, BUKAN DI SINAI PENINSULA
=================================

Munculnya aliran liberal dalam teologi membuat orang-orang tersadar, bahwa bisa saja Alkitab hanyalah sebuah mitos dari Timur Tengah. Tidak pernah ditemukan bukti adanya tulang belulang atau fosil sisa manusia di gurun sepanjang perjalanan Sinai Peninsula sampai ke tanah perjanjian dalam tiga rute yang direkonstruksi sebagai sejarah  mula-mula Israel menjadi sebuah bangsa yang besar.¹ Bahkan di Mesir belum didapati bukti arkeologi bahwa orang-orang Ibrani pernah ada di sana. 

Sesuai Alkitab Yahudi dan Kristen, serta penemuan-penemuan arkeologi terbaru memang Sinai sesungguhnya ada di  jazirah Arab, di tanah orang Midian, sebelah selatan Yordania, berbatasan dengan dengan Saudi Arabia tepat di seberang timur Sinai peninsula, di seberang laut Teberau.

"Pada bulan ketiga setelah orang Israel keluar dari tanah Mesir, mereka tiba di padang gurun Sinai pada hari itu juga. Setelah mereka berangkat dari Rafidim, tibalah mereka di padang gurun Sinai, lalu mereka berkemah di padang gurun; orang Israel berkemah di sana di depan gunung itu." Kel 19:1-‬2

"Lalu berangkatlah orang Israel dari padang gurun Sinai menurut aturan keberangkatan mereka, kemudian diamlah awan itu di padang gurun Paran."
Bil 10:12


Gunung Sinai ada di tanah orang Midian di Jazirah Arab

"Abraham mengambil pula seorang isteri, namanya Ketura. Perempuan itu melahirkan baginya Zimran, Yoksan, Medan, Midian, Isybak dan Suah."
Kej 25:1-2

"Hagar ialah gunung Sinai di tanah Arab--dan ia  sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya." 
Gal 4:25

Gill (1810), mengatakan bahwa Hagar, berarti juga Gunung Batu, sering menjadi sebutan bagi Gunung Sinai yang di tanah Midian di Arabia. Dalam Bilangan 10:12 pun dari hasil beberapa penelitian seperti Grotius, Pliny dan Phillo diyakini 
oleh Gill bahwa Sinai memang ada di tanah Madian (Midian) yang sering disebut Midianites, namun juga Ismaelites.² 
Namun sebelum abad 19, pendapat ini tidak banyak diakui oleh banyak teolog yang saat itu masih sangat kurang sarana arkeologinya. Dan fakta bahwa tidak pernah ditemukan bukti fosil tulang belulang dari jalur perjalanan bangsa Israel di sekitar Sinai versi lama membuat para teolog dan ahli sejarah 
Alkitab menyelidiki kembali di manakah letak Sinai yang sesungguhnya.

Padang Gurun Syur, Midian, dan Sinai di seberang Teberau

Menyeberangi Laut Teberau
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: 
"Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat. Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering. 
Kel 14:15-16

Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu mereka pergi ke padang gurun Syur; tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air. 
Kel 15:22

Pada bulan ketiga setelah orang Israel keluar dari tanah Mesir, mereka tiba di padang gurun Sinai pada hari itu juga. Setelah mereka berangkat dari Rafidim, tibalah mereka di padang gurun Sinai, 
lalu mereka berkemah di padang gurun; orang Israel berkemah di sana di depan gunung itu. 
Kel 19:1

Sinai dan Horeb berdekatan (Keluaran pasal 19-33), berada di Jasirah Arab di tanah orang Midian (Imam Yitro), di dekat padang Gurun Syur di penyeberangan Teberau Pi Hahirot.

Musa tinggal di Midian, di rumah mertuanya bernama Yitro

"Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni 
gunung Horeb."
Kel 3:1

Israel di Horeb setelah menyeberang laut Merah.

Demikianlah orang Israel tidak memakai perhiasan-perhiasan lagi sejak dari gunung Horeb.
Keluaran 33:6 TB

Sumber: Khilafah Terakhir
author : Jozeph Paul Zhang
New Chapter Publisher ©2016

¹ Meyers 2005, Exodus, Cambride Press
² Gill, 1810, Exposition OT & NT on Galatia 4:25, Matthew & Leigh London