============================== ===
sejarah kita diajarkan dari PERSPEKTIF RAKYAT JELATA YG MENDERITA.
sedangkan proses jual beli NUSANTARA dilakukan oleh Penguasa Kesultanan Islam dengan Belanda.
1. Bagi rakyat: Belanda adalah penjahat laknat zholim (karena mereka menderita, dan sultan mengatakan bahwa tanah dan air serta rakyat dijadikan rodi karena mereka ditipu Belanda)
2. Bagi Sultan: Belanda licik (merasa ditipu padahal ia yang bodoh dan serakah akan kekuasaan)
3. Bagi Belanda: itu adalah hak nya atas perdagangan (karena legalitas barter senjata, tentara vs Tanah, air dan rakyat - dan belanda memiliki dokumen perjanjian antara gubernur hindia belanda dg Sultan). Sehingga ketika rakyat memberontak, VOC merasa berhak membela diri dengan segenap kekuatan yang dimilikinya.
4. Bagi saya : Kesultanan Islam memang bajingan, menjual tanah air dan rakyatnya kepada Belanda demi keserakahan kekuasaannya.
VOC hanyalah pedagang
Rakyat hanyalah Korban
Diponegoro tidak mungkin kalah kalau didukung oleh Sultan Mataram. Tapi beliau justru dihianati dan dianggap pemberontak.
Trunojoyo tidak mungkin kalah kalau Amangkurat V tidak melakukan perjanjian dengan VOC.
Pangeran Sambernyawa justru dikeroyok Sultan Mataram dengan VOC melalui Perjanjian Giyanti.
Cut Nyak Dien tidak mungkin kalah kalau kesultanan Aceh mendukung.
Dan ada banyak perjuangan oleh rakyat yang justru ditentang oleh kesultanan islam yang berkuasa saat itu.
sumber:
#Khilafah_Nusantara
by Jozeph Paul Zhang
Keterangan Photo:
Perjanjian Giyanti
Seperti yang diketahui, dalam Perjanjian Giyanti Pangeran Sambernyawa adalah rival Pangeran Mangkubumi untuk menjadi penguasa Mataram. Perjanjian Giyanti merupakan bentuk persekongkolan sultan dengan VOC untuk mengalahkan 'pemberontak', yaitu Pangeran Sambernyawa
No comments:
Post a Comment