Benarkah Alquran tidak pernah direvisi?
Umat Islam dari jaman Abasiyah sampai dengan hari ini berusaha menghapus jejak sejarah dengan menghancurkan arkeologi sejarah. Untuk menutupi kekurangsempurnaan ideologi Islam di arab, maka para penguasa dari generasi menghancurkan semua jejak Islam. Mereka menyangkal nenek moyang mereka berasal dari Babel, dan bahkan berani mengklaim mereka adalah keturunan Abraham.
Kalau saja bangsa Israel tidak mewujudkan Negara Israel tahun 1948 niscaya mereka akan klaim bahwa Abraham, Musa sampai Yesus pun berbahasa Arab.
Namun sama seperti tidak ada gading yang tak retak tidak ada upaya manusia yang sempurna. Upaya licik selicik-liciknya wallahu khairul makiriin, selalu dikalahkan oleh Kebenaran. Kebenaran Kristus yang memerdekakan dari tipu daya perbudakan ideologi Islam.
Beruntunglah di masa pendudukan Eropa atas Arabia, para Arkeolog Eropa khususnya Jerman, menggali dan terus membongkar seluruh peninggalan Arkeologi dari jaman Sumeria, jaman Nuh, sampai dengan jaman Khilafah Islamiyah. Mereka mengexplorasi lalu mengangkutnya ke Museum Berlin.
Bahasa Arab dalam Alquran adalah bahasa baru, campuran bahasa kuno Yaman dengan Aramaik. Bahasa ini digunakan di Petra Yordania, di daerah Nabataean, asal usul Quraisy. Mereka adalah keturunan Raja Babel terakhir, Nabunidus yang membunuh seluruh keturunan Ismail di Paran, Petra Yordania sehingga tidak berbekas.
Sesuai dengan perkembangan manusia dan pengetahuan, maka bahasa pun rentan terhadap perubahan. Apalagi bahasa Arab dalam alquran relatif bahasa yang bukan bahasa asli dari Kalifah Abasiyah maupun bangsa Arab lainnya. Kalifah Abasiyah lah mewajibkan seluruh wilayah taklukannya menggunakan bahasa Arab dalam Alquran. Karena perubahan jaman ini, maka terjadilah perubahan dialek bahkan definisi kata dalam bahasa, akibatnya dari jaman Abd Almalik bani Umayyah sampai dengan hari ini, terjadi beberapa kali revisi Alquran yang dianggap perkataan Allah Islam. Revisi ini diakibatkan karena antara wilayah yang satu dengan yang lain terjadi pergeseran bahasa. Bayangkan, Pulau Jawa saja sudah ada ratusan dialek dan bahasa suku yang sama sekali berbeda dan tidak dimengerti satu sama lainnya. Bahasa Sunda, Bahasa Jawa dan Bahasa Madura yang mendominasi Pantura Jawa Timur.
Untuk menyeragamkan arti dan cara baca Alquran, maka dilakukanlah revisi sesuai dengan siapa yang saat itu yang paling berkuasa dan berpengaruh bagi umat Islam di jaman itu.
Misalnya, tahun ini Presiden Arsyad dari Suriah sudah melakukan revisi Alquran agar sesuai dengan perkembangan jaman. Namun tidak terhitung di masa lampau. Di Abad 20-21 setidaknya sejak tahun 1924 sampai tahun ini sudah ketahuan 4x revisi.
- 1924 Edisi Kairo
- 1975 Edisi Maroko
- 2003 Edisi Medina
- 2019 Edisi Suriah
Terlampir adalah foto sebagian perbedaan / revisi di Sura Maryam (QS 19) dari 3 edisi yang berbeda ..
1924 Sura 19:19-27
1975 Sura 19:8-22
2003 Sura 19:12-25
Nah jadi... stop bualan dan hoax bahwa Alquran tidak pernah revisi. Sebab ternyata puluhan kali revisinya...
Take beer: Allah Hoax Bar!!!!
Dari Sumber Asli:
Michael Marx, 2011
Roads of Arabia
Archäologische Schätze aus Saudi-Arabien
Museum für Islamische Kunst
Staatliche Museen zu Berlin
halaman 204
Buku ini adalah kumpulan riset ilmiah, bukan asumsi dan bualan macam Zakir Naik dan Mokoginta atau dongeng terbitan AWF surabaya.
Anda bisa cek dengan datang ke Museum Berlin, semua bukti dari essay saya selama ini ada semua di sana.